NEW YORK (Berita SuaraMedia) - Bencana memang datang tak diundang. Meski teknologi sudah bisa memprediksi beberapa bencana tapi tetap tidak ada salahnya membaca tanda-tanda alam agar selamat dan sehat.
Tanda-tanda alam yang bisa dipelajari itu seperti membaca gerakan angin yang tidak biasa, tekanan udara atau cuaca yang ekstrim. Selain membaca tanda alam, yang juga bisa diwaspadai adalah perilaku hewan yang berubah.
Angin kencang meski sudah bisa diprediksi lewat teknologi, manusia tetap bisa membacanya dengan melihat alam sekitar. Bencana angin kencang berupa topan atau badai harus diwaspadai karena memberikan efek yang banyak termasuk transportasi darat, laut dan udara.
Seperti diberitakan dari IDEF Foundation, tanda-tanda terjadinya angin kencang atau badai adalah penurunan suhu dan tekanan udara yang drastis secara tiba-tiba. Terlihat gumpalan awan gelap, besar dan tinggi. Petir dan guruh terlihat dari jauh. Terdengar suara gemuruh, guntur dari kejauhan.
Angin kencang, awan gelap dan hujan juga bisa menjadi tanda peringatan akan datangnya badai petir. Ketika badai petir datang tempat paling aman berlindung dalam bangunan.
Memprediksi banjir juga seharusnya mudah dilakukan jika volume hujan yang terus menerus sudah mulai diwaspadai oleh penduduk yang tinggal dekat aliran sungai. Atau kondisi jalanan yang minim saluran air juga bisa menimbulkan banjir.
Yang sulit jika banjir datang tiba-tiba seperti air bah di daerah aliran sungai. Tapi itu pun alam sebenarnya sudah memberikan tanda-tanda dengan perilaku hewan.
Selama berabad-abad hewan dapat memprediksi bencana alam, jauh sebelum manusia dapat memprediksinya. Hewan seolah-olah memiliki indera keenam untuk dapat mengetahui akan adanya badai, gempa bumi dan tsunami.
Para ilmuwan berteori bahwa hewan mampu menangkap getaran-getaran atau perubahan tekanan udara di sekitar mereka yang tidak dapat dilakukan manusia.
"Saya tidak berpikir bahwa ini adalah indera keenam, setidaknya tidak ada yang dapat kita ukur pada saat ini," kata Diana Reiss, Ph.D., direktur penelitian mamalia laut di Wildlife Conservation Society, berbasis di Bronx Zoo di New York City, seperti diberitakan oleh Foxnews.
Menurut Reiss hewan memiliki sensor yang sangat halus. Pada beberapa spesies, ada yang memiliki kemampuan sensor diluar kemampuan manusia.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah mencoba menentukan kemampuan sensor tersebut, sehingga suatu hari dapat digunakan manusia untuk mendeteksi adanya bencana alam.
Peneliti di China telah mempelajari masalah ini sejak tahun 1950-an dan menemukan bahwa beberapa hewan seperti ular, dapat mendeteksi gempa bumi. Ular terlihat keluar dari sarang mereka di tengah hibernasi (tidur panjang) musim dingin, dan binatang lain tampaknya juga dapat merasakan gempa sebelum benar-benar terjadi.
Di Sri Lanka dan Thailand ada sebuah cerita tentang gajah-gajah berlari ke bukit satu jam sebelum tsunami tahun 2004 yang menghancurkan desa dan membunuh hingga 150.000 orang di kedua negara itu.
"Saya tidak bisa mengerti, dan hal ini bisa menjadi penelitian yang berulang-ulang," kata Ravi Corea, presiden dan pendiri Sri Lanka Wildlife Conservation Society.
Corea mengatakan bahwa orang-orang melihat tiga gajah yang melarikan diri menuju tempat yang lebih tinggi satu jam sebelum adanya tsunami, di suaka margasatwa terbesar kedua di Sri Lanka, Yala National Park.
Reiss dan Corea menjelaskan bahwa pada kenyataannya hewan-hewan ini memiliki pendengaran yang fenomenal. Mereka mengatakan gajah dapat merespons dan memproduksi gelombang infrasonik (gelombang suara pada frekuensi yang lebih rendah dari gelombang yang dapat didengar manusia). Mamalia yang memiliki kemampuan sama adalah jenis paus tertentu.
Menurut Corea ada kemungkinan perubahan geografis menghasilkan suara dengan frekuensi rendah yang tidak bisa didengar oleh manusia, tapi dapat ditangkap oleh gajah.
Namun gajah bukanlah satu-satunya hewan yang dapat mendeteksi adanya bencana. Burung, monyet, anjing dan semua makhluk lain tampaknya bertingkah aneh sebelum adanya bencana alam.
Beberapa kelelawar, yang aktif di malam hari dan biasanya tidur di siang hari, menjadi sangat aktif setengah jam sebelum gelombang tsunami datang.
Anjing yang biasanya terlihat senang, melompat-lompat dan berlari-lari dengan pemiliknya, menjadi tidak tertarik melakukan hal tersebut.
Begitu pula dengan monyet yang biasanya sangat suka dengan pisang, tiba-tiba menjadi tidak tertarik dan bertingkah sangat aneh.
Hal-hal tersebut mengajarkan kita untuk lebih memperhatikan tanda-tanda alam yang ada sebelum terjadinya bencana alam.
Corea juga menjelaskan bahwa hewan liar dapat bertahan hidup dengan selalu waspada. Alam sangatlah lentur, dan kita tidak boleh lupa bahwa manusia juga bagian dari alam.
Sementara bencana gempa hingga kini masih sulit diprediksi datangnya, ilmuwan baru bisa memprediksi kemungkinan terjadinya gempa karena ada pergeseran bumi tapi tidak tahu persis kapan waktunya. Sedangkan letusan gunung berapi harusnya juga mulai diwaspadai jika sudah ada tanda-tanda peningkatan suhu udara yang ekstrem di sekitar gunung.
Agar selamat dari bencana seperti angin kencang sebaiknya menutup jendela-jendela dan pintu-pintu kaca dengan papan. Berdasarkan penelitian tentang angin disimpulkan bahwa bangunan akan lebih bisa bertahan apabila tidak ada angin yang masuk. Tetap berada di dalam rumah, kecuali apabila dianjurkan untuk mengungsi.
Tak ada yang bisa memastikan kapan bencana akan terjadi. Seperti bencana yang terjadi beberapa waktu lalu di jalan Pelayaran RT 10/60 Kelurahan Prapatan Balikpapan Selatan, yang memakan korban jiwa sebanyak dua orang yaitu seorang ibu dan anaknya.
Yang sulit jika banjir datang tiba-tiba seperti air bah di daerah aliran sungai. Tapi itu pun alam sebenarnya sudah memberikan tanda-tanda dengan perilaku hewan.
Selama berabad-abad hewan dapat memprediksi bencana alam, jauh sebelum manusia dapat memprediksinya. Hewan seolah-olah memiliki indera keenam untuk dapat mengetahui akan adanya badai, gempa bumi dan tsunami.
Para ilmuwan berteori bahwa hewan mampu menangkap getaran-getaran atau perubahan tekanan udara di sekitar mereka yang tidak dapat dilakukan manusia.
"Saya tidak berpikir bahwa ini adalah indera keenam, setidaknya tidak ada yang dapat kita ukur pada saat ini," kata Diana Reiss, Ph.D., direktur penelitian mamalia laut di Wildlife Conservation Society, berbasis di Bronx Zoo di New York City, seperti diberitakan oleh Foxnews.
Menurut Reiss hewan memiliki sensor yang sangat halus. Pada beberapa spesies, ada yang memiliki kemampuan sensor diluar kemampuan manusia.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah mencoba menentukan kemampuan sensor tersebut, sehingga suatu hari dapat digunakan manusia untuk mendeteksi adanya bencana alam.
Peneliti di China telah mempelajari masalah ini sejak tahun 1950-an dan menemukan bahwa beberapa hewan seperti ular, dapat mendeteksi gempa bumi. Ular terlihat keluar dari sarang mereka di tengah hibernasi (tidur panjang) musim dingin, dan binatang lain tampaknya juga dapat merasakan gempa sebelum benar-benar terjadi.
Di Sri Lanka dan Thailand ada sebuah cerita tentang gajah-gajah berlari ke bukit satu jam sebelum tsunami tahun 2004 yang menghancurkan desa dan membunuh hingga 150.000 orang di kedua negara itu.
"Saya tidak bisa mengerti, dan hal ini bisa menjadi penelitian yang berulang-ulang," kata Ravi Corea, presiden dan pendiri Sri Lanka Wildlife Conservation Society.
Corea mengatakan bahwa orang-orang melihat tiga gajah yang melarikan diri menuju tempat yang lebih tinggi satu jam sebelum adanya tsunami, di suaka margasatwa terbesar kedua di Sri Lanka, Yala National Park.
Reiss dan Corea menjelaskan bahwa pada kenyataannya hewan-hewan ini memiliki pendengaran yang fenomenal. Mereka mengatakan gajah dapat merespons dan memproduksi gelombang infrasonik (gelombang suara pada frekuensi yang lebih rendah dari gelombang yang dapat didengar manusia). Mamalia yang memiliki kemampuan sama adalah jenis paus tertentu.
Menurut Corea ada kemungkinan perubahan geografis menghasilkan suara dengan frekuensi rendah yang tidak bisa didengar oleh manusia, tapi dapat ditangkap oleh gajah.
Namun gajah bukanlah satu-satunya hewan yang dapat mendeteksi adanya bencana. Burung, monyet, anjing dan semua makhluk lain tampaknya bertingkah aneh sebelum adanya bencana alam.
Beberapa kelelawar, yang aktif di malam hari dan biasanya tidur di siang hari, menjadi sangat aktif setengah jam sebelum gelombang tsunami datang.
Anjing yang biasanya terlihat senang, melompat-lompat dan berlari-lari dengan pemiliknya, menjadi tidak tertarik melakukan hal tersebut.
Begitu pula dengan monyet yang biasanya sangat suka dengan pisang, tiba-tiba menjadi tidak tertarik dan bertingkah sangat aneh.
Hal-hal tersebut mengajarkan kita untuk lebih memperhatikan tanda-tanda alam yang ada sebelum terjadinya bencana alam.
Corea juga menjelaskan bahwa hewan liar dapat bertahan hidup dengan selalu waspada. Alam sangatlah lentur, dan kita tidak boleh lupa bahwa manusia juga bagian dari alam.
Sementara bencana gempa hingga kini masih sulit diprediksi datangnya, ilmuwan baru bisa memprediksi kemungkinan terjadinya gempa karena ada pergeseran bumi tapi tidak tahu persis kapan waktunya. Sedangkan letusan gunung berapi harusnya juga mulai diwaspadai jika sudah ada tanda-tanda peningkatan suhu udara yang ekstrem di sekitar gunung.
Agar selamat dari bencana seperti angin kencang sebaiknya menutup jendela-jendela dan pintu-pintu kaca dengan papan. Berdasarkan penelitian tentang angin disimpulkan bahwa bangunan akan lebih bisa bertahan apabila tidak ada angin yang masuk. Tetap berada di dalam rumah, kecuali apabila dianjurkan untuk mengungsi.
Tak ada yang bisa memastikan kapan bencana akan terjadi. Seperti bencana yang terjadi beberapa waktu lalu di jalan Pelayaran RT 10/60 Kelurahan Prapatan Balikpapan Selatan, yang memakan korban jiwa sebanyak dua orang yaitu seorang ibu dan anaknya.
Lurah Prapatan Triyadi Budi Santoso mengimbau kepada seluruh masyarakatnya yang tinggal di wilayah Prapatan khususnya yang letak rumahnya berada pada daerah rawan bencana longsor, untuk selalu waspada. "Bencana sewaktu-waktu bisa terjadi, kita tidak bisa memastikannya.
Namun biasanya ada tanda-tanda awal sebelum bencana itu terjadi, jangan menyepelekan tanda-tanda tersebut, karena akan berbahaya," terang Triyadi Budi Santoso kepada Post Metro.
Dia melanjutkan, jika warga melihat tanda-tanda awal seperti tanah yang mulai turun, sebaiknya segera menyingkir dari daerah rawan bencana tersebut, karena jika ditambah dengan hujan deras, kemungkingan besar terjadi bencana longsor. "Jangan tinggal di wilayah rawan longsor, sebaiknya pindah dari kawasan tersebut, untuk menghindari bencana yang akan terjadi," sarannya.
Dirinya menerangkan, Kelurahan Prapatan memang memiliki daerah-daerah yang rawan terhadap bencana, pihak kelurahan sendiri sudah sering mengingatkan kepada masyarakatnya terutama yang tinggal di daerah rawan terhadap bencana agar selalu waspada dan tidak tinggal atau mendirikan rumah di daerah rawan bencana tersebut. "Daerah-daerah yang rawan seperti di Prapatan Dalam, Pelayaran dan daerah lainnya.
Namun yang sudah memakan korban jiwa adalah di daerah Pelayaran," jelasnya. Triyadi menambahkan, masyarakat terutama yang tinggal di daerah rawan bencana agar selalu mengingatkan kepada tetangga-tetangganya apabila melihat sesuatu yang janggal, yang kemungkinan bisa menyebabkan longsor, agar tetangganya tersebut bisa lebih waspada.
"Jangan berdiam diri jika melihat sesuatu yang dianggap nantinya akan menimbulkan bahaya, beritahu orang sekitar. Laporkan kepada RT, pihak berwajib atau langsung ke kelurahan, agar ada tindakan dini untuk mengantisipasi terjadinya bencana," tutup dia.
You Might Also Like :
0 komentar:
Posting Komentar
Tuliskan komentar, pertanyaan, serta saran dan kritik