TRAINING hipnosis semakin menjamur di Tanah Air. Pesertanya beragam, mulai anak-anak, mahasiswa, karyawan, ibu rumah tangga, sampai dokter.
Apa yang dicari dan seberapa besar dampaknya? Coba saja ketik kata ”training hipnosis” atau ”kursus hipnosis” di Google, maka sederet tawaran pelatihan hipnosis beragam rupa akan muncul. Mulai pelatihan hipnosis dasar, self hypnosis, hipnoterapi, hypno-birthing, hingga hypno parenting, bisa dipilih sesuai keinginan dan kebutuhan calon peserta.
Tak jarang, pengelola kursus memberikan iming-iming dengan label ‘langsung bisa’ atau ‘singkat’ untuk membuat calon peserta tertarik. Bahkan ada yang yakin mengklaim dengan membeli dan menonton satu paket DVD, ia bisa langsung menjadi hipnotis, atau orang yang bisa menghipnosis.
Secara mudah, hipnosis bisa diartikan sebagai teknik dalam memengaruhi orang lain secara sengaja dengan cara memasukkannya ke dalam kondisi yang menyerupai tidur, tapi tetap bisa menjawab pertanyaan.
Dalam kondisi tersebut, ia diperkirakan bisa menerima sugesti tanpa perlawanan. Di Indonesia, hipnosis mulai muncul bersamaan dengan maraknya ilmu motivasi yang diusung oleh para motivator.
Untuk meningkatkan motivasi kliennya, beberapa motivator juga mengadopsi ilmu hipnosis. Ilmu ini semakin populer setelah hipnotis Romy Rafael mulai muncul rutin di televisi dalam sebuah acara variety show.
Saat Romy mengatakan bahwa hipnosis bukanlah ilmu gaib dan bisa dipelajari oleh semua orang, rasa penasaran masyarakat pun semakin besar. Memang, hipnosis bisa dipelajari oleh semua orang.
Lebih mengejutkan lagi karena ilmu dasar hipnosis dan kemampuan untuk menghipnosis seseorang bisa dilakukan hanya dalam waktu dua kali pertemuan atau sekitar 18 jam saja. Setidaknya begitu yang diklaim oleh Nathalia Sunaidi, hipnoterapis yang membuka pusat pelatihan hipnoterapi Nathalia Institute.
”Semuanya bisa dipelajari dalam hipnosis tingkat basic sampai advance. Selama dua hari sudah bisa melakukan seperti yang dilakukan Romy Rafael di televisi,” kata Nathalia yang mendapatkan Certified Hypnoterapist dan Certified Instructor dari NGH (National Guild of Hypnotists) di Singapura dan Amerika.
Di Nathalia Institute, ada empat kelas yang ditawarkan.Kelas pertama yakni Basic-Advance Hipnosis, dipelajari selama dua hari. Pertemuan dilakukan pada Sabtu dan Minggu mulai pukul 09.00-18.00 WIB. Kelas kedua, yaitu kelas 100 jam.
Ini adalah kelas untuk mereka yang ingin belajar hipnoterapi alias menggunakan hypnosis untuk menyembuhkan trauma atau masalah seseorang. Ketiga, ada kelas self hypnosis atau hipnosis untuk menyembuhkan dan memasukkan sugesti positif ke diri sendiri.
Kelas ini adalah kelas yang paling singkat karena hanya diadakan sehari selama 6 jam. Terakhir, yaitu kelas hypno-birthing, digelar hingga lima kali pertemuan.
Menurut Nathalia, 80 persen pertemuan akan diisi praktek. Tak jauh berbeda dengan Nathalia Institute, hipnoterapis NSK Nugroho juga membuka kelas singkat Basic-Advance.
Jika ingin memiliki sertifikasi atau menjadi trainer profesional, Nugroho mewajibkan peserta untuk menambah dua hari lagi. Di samping kelas tersebut, Nugroho yang memberikan materi sesuai dengan kurikulum hypnosis internasional ini juga meladeni pelatihan untuk hypno parenting, hypno couple, hingga business relations hypnoteraphy.
Berapa biaya ikut pelatihan tersebut? Tergantung kelasnya. Untuk self hypnosis, biayanya murah, hanya Rp400 ribu. Tapi diluar itu, harganya sudah jutaan. Untuk hypnosis Basic-Advances baik di Nathalia Institute dan NSK Nugroho, nilainya Rp2,8juta hingga Rp3,8 juta. Bahkan untuk kelas 100 jam, dipatok harga Rp22 juta.
Seperti apakah belajar hypnosis? Secara singkat, peserta akan diajak memahami model of mind, yaitu bagaimana alam bawah sadar seseorang merekam semua peristiwa dan pengalaman yang dialaminya serta membuatnya sebagai bahan untuk mengendalikan hidup, baik secara positif maupun negatif. Dari sini, peserta akan dikenalkan kondisi normal, somnambulism, dan awakening.
Saat akan menghipnosis seseorang dalam kondisi normal, maka hipnotis harus melakukan preinduksi, yakni pengenalan pada klien atau orang yang akan dihipnosis tentang apa yang akan terjadi pada dirinya saat proses hipnosis berlangsung.
Setelah itu, dilakukan teknik induksi atau kata-kata yang akan membuatnya masuk dalam alam bawah sadar. Saat klien sudah masuk pada kondisi somnambulism, yaitu kondisi hipnosis terdalam, maka hipnotis baru bisa memasukkan sugesti yang diinginkan.
Misalnya untuk harus berhenti merokok atau sekadar meminta mereka berguling- guling di lantai. Saat sugesti sudah dimasukkan maka hipnotis akan mengembalikan klien ke kondisi awakening atau normal kembali.
”Di pelatihan, kita ajarkan pada peserta bagaimana memilih dan menggunakan teknik induksi yang tepat agar klien bisa masuk ke kondisi hipnosis dengan cepat,” ujar Nathalia.
Menurut Iban, 30, yang pernah mengikuti pelatihan hipnosis di salah satu tempat pelatihan di Bandung, teknik induksi memang sudah disiapkan dalam modul pelatihan. Jadi peserta tinggal mengikuti teori yang sudah ditentukan.
”Jadi kata-katanya memang sudah diatur bukan karangan kita sendiri. Kemudian kata-kata sugestinya juga harus pilihan, tidak boleh menggunakan ”tidak” karena katanya otak sebenarnya tak bisa merespon kata ”tidak”. Jadi harus pakai kalimat positif,” kata Iban.
Menurut Iban, saat melakukan praktek di tempat pelatihan, ia begitu mudah melakukan hipnosis pada model. Tapi, begitu ia mempraktekkannya ke keluarga dan teman, teknik yang digunakannya lebih banyak yang gagal.
”Enggak tau kenapa begitu. Tapi menurut saya pribadi karena mungkin kredibilitas saya yang belum tinggi di mata mereka. Kalau Romy Rafael kan terkenal jadi apapun yang dikatakan pasti orang akan ikut saja,” kata Iban beralasan.
Soal keefektifan hipnosis, Nathalia mengungkap dipengaruhi oleh banyak faktor. Yang paling sering terjadi adalah teknik hipnosis yang salah. Sedangkan NSK Nugroho berpndapat bahwa orang yang dihipnosis memang harus mau dihipnosis. Kalau tidak, hipnosis pasti akan gagal.
”Klien harus pasrah, tidak boleh melawan. Kalau melawan ya memang tidak bisa dikasih sugesti,” kata Nugroho.
Meski begitu, ada juga peserta yang sukses mempraktekkan pelatihan hipnosisnya. Dina Ariyati, 40, ibu dua anak usia 14 dan 12 tahun mengaku komunikasinya dengan dua anaknya tersebut menjadi lebih baik setelah ia mengikuti hypno-parenting.
Dengan mengucap kalimat pengharapan dibanding kalimat perintah, ia mengaku anak-anaknya menjadi lebih menurut dan terbuka padanya.
”Sekarang saya sudah kurangi kata-kata ”jangan”. Misalnya dibanding bilang ”jangan malas belajar” saya gunakan kata ”mama senang kalau anak-anak mama pintar”. Jadi sifatnya lebih berharap, mengimbau, dibanding mendoktrin karena anak-anak usia segitu pasti tidak suka kalau di doktrin dan dilarang,” jelasnya
You Might Also Like :
0 komentar:
Posting Komentar
Tuliskan komentar, pertanyaan, serta saran dan kritik