Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Sabtu, 19 Juni 2010

Stop Pornografi : Anak Indonesia Rawan Akses Pornografi


06.04 | , , , , ,


Psikolog terkemuka Elly Risman Musa Psi mengatakan bahwa pola asuh anak Indonesia yang hidup di era digital di tanah air lebih sulit ketimbang mereka yang tinggal di luar negeri seperti di Inggris. Kok bisa begitu ya?


KapanLagi.com
- Elly Risman Musa, yang juga merupakan staf ahli Menko Kesra mengatakan hal itu dalam acara pertemuan bulanan Dharma Wanita Persatuan KBRI London yang diadakan di ruang serbaguna.

Dalam ceramah yang diikuti sekitar 30 anggota Dharma Wanita Persatuan KBRI London itu, Ketua Pelaksana Yayasan Kita dan Buah Hati ini mengatakan bahwa anak Indonesia kini hidup dalam era digital yang dengan mudahnya mengakses berbagai media elektronik yang kadang mengandung unsur pornografi.

Wanita yang juga menjabat Penasehat Lembaga Pendidikan dan Pengembangan TK/TP Al Quran Jabotabek itu memberikan contoh di mana dengan mudahnya anak Indonesia bermain games, internet, telepon genggam, televisi, vcd, serta komik dan majalah.

Untuk itu ia mengharapkan para orang tua bisa mengenali lebih dekat tentang apa saja yang menjadi tontonan anak dan juga
games yang mereka mainkan.

"Banyak permainan yang memerlukan keterampilan lebih kompleks dengan tingkat kecekatan yang tinggi, daripada games yang tidak jelas arahnya," ujar pendiri dan komisaris PT Surindo Utama itu.

Games di abad 21 lebih menantang dan membuat anak kecanduan. Akibatnya anak menjadi kecanduan pathologis, apalagi sekarang anak dapat bermain games dan memilih karakter yang diinginkan, yang tidak ada di dunia nyata.

Padahal games mempunyai dampak negatif, tidak saja bagi otak, namun juga fisik yang membuat anak menderita RSI (repetitive strain injury), yakni berupa radang jari tangan/sindrom vibrasi lengan serta nyeri tulang belakang. Hal ini bisa berkembang menjadi kecacatan.

"Dampak lainnya berupa sinar biru yang dipantulkan layar monitor akan mengikis lutein pada retina mata yang akan berakibat degenerasi makula," ujar jebolan (S1) Fakultas Psikologi UI 1978 itu.

Ny. Elly yang menjadi Special Student Departemen of Education di Florida State University, Tallahassee, USA, pada tahun 1995 -1997 juga menyebutkan bahwa hal yang lebih parah lagi adalah dapat timbulnya penyakit Nintendo Epilepsi atau epilepsi fotosensitif.

Nintendo Epilepsi merupakan serangan mendadak yang ditimbulkan oleh kilatan cahaya dengan pola tertentu. Sinar merah yang kuat akan membuat sinyal abnormal yang dikirim ke otak melalui retina membuat anak menjadi kejang.

Mengutip Profesor Graham Harding, ada empat permainan yang memicu epilepsi pada anak yaitu games mega manX, Super Mario Sunshine, Metroid Prime dan Mario Kart:Double Dash.

Sebelumnya, Penasehat DWP KBRI London Ny Risandrani Thamrin dalam sambutan tertulisnya mengharapkan anggota Dharma Wanita dapat berperan aktif terhadap aktivitas anak di rumah, termasuk dalam mengawasi mereka dalam mengakses internet.

Kemudahan anak mengakses internet memang tidak saja berdampak negatif, tetapi ada positifnya. Namun kita sebagai orang tua, seharusnya juga mengikuti perkembangan dan pergaulan anak, di antaranya dalam bentuk mengetahui teknologi yang mereka gunakan.

Kehadiran Ny. Elly Rusman di Kerajaan Inggris adalah dalam rangka mengisi acara pada pertemuan keluarga Besar Islam Indonesia Britania Raya (Kibar Gathering) yang diadakan selama dua hari, yakni pada tanggal 18-19 April 2009 di London.

Sehari sebelumnya, pengasuh kolom konsultasi keluarga dan seksualitas anak & remaja Harian Umum
Republika itu juga menggelar workshop mengenai parenting di Mushola Al Ikhlas, daerah Wimbledon yang bertema 'Yang Penting Diketahui Orang Tua Seputar Pengasuhan Anak'.

Workshop yang digelar Kibar ini bekerja sama dengan pengajian Al Ikhlas London dan Jejak Daffodil Muslimah diikuti 25 orang, juga masyarakat Indonesia yang berada di kerajaan Inggris melalui jaringan online.
(wo/meg)


You Might Also Like :


0 komentar:

Posting Komentar

Tuliskan komentar, pertanyaan, serta saran dan kritik