Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Rabu, 16 Juni 2010

Sepatu Kulit Berusia 5.500 Tahun


11.19 | , , , ,


Dapunta Online – TIM ARKEOLOG dari University College Cork di Cork, Irlandia, mengklaim telah menemukan sepatu kulit tertua yang berusia sekitar 5.500 tahun lalu di pegunungan Armenia. Salah satu bagian yang terlihat kusam itu terbuat dari kulit dengan ikatan tali di bagian depan dan belakang.

Arkeolog menemukan alas kaki tersebut di sebuah gua bersama dengan bukti pendudukan manusia lainnya. Sepatu itu sudah penuh dengan rumput, dan diperkirakan berusia 5.637 dan 5.387 tahun yang lalu berdasarkan kulit sepatu.

“Ini adalah keberuntungan yang besar,” kata arkeolog Ron Pinhasi, yang memimpin tim peneliti, seperti dilaporkan di PLoS One, sebuah jurnal Perpustakaan Umum Sains, Rabu (09/06/2010).

“Kami biasanya menemukan pot rusak, tapi kami memiliki sedikit informasi mengenai kegiatan sehari-hari dari orang-orang kuno ini. “Apa yang mereka makan? Apa yang mereka lakukan? Mereka kenakan? Adalah suatu kesempatan untuk melihat sepatu ini … memberikan kita sekilas kondisi dalam masyarakat,” katanya dalam wawancara telepon.



Sebelumnya sepatu kulit tertua ditemukan di Eropa atau Asia berada di Otzi, “manusia es” yang ditemukan membeku di Alpen beberapa tahun yang lalu dan sekarang diawetkan di Italia. Otzi diperkirakan berusia 5.375 dan 5.128 tahun yang lalu, beberapa ratus tahun lebih baru daripada sepatu Armenia.

Sepatu Otzi terbuat dari kulit rusa dan beruang yang disatukan dengan tali kulit. Sepatu Armenia tampaknya terbuat dari kulit sapi, kata Pinhasi.

Sandal kuno telah ditemukan di sebuah gua di Missouri, tetapi mereka terbuat dari serat bukan dari kulit.

Sepatu yang ditemukan di Armenia yang sekarang ditemukan dalam lubang, bersama dengan panci rusak dan beberapa tanduk kambing liar. [*] AP/DPT

Sumber : http://www.dapunta.com/ditemukan-sepatu-kulit-berusia-5-500-tahun.html


You Might Also Like :


0 komentar:

Posting Komentar

Tuliskan komentar, pertanyaan, serta saran dan kritik